Marapi, Bukan Merapi!

Hello Geografer Hebat!

Baru-baru ini, kita dikagetkan dengan bencana erupsi Gunung Marapi pada Minggu, 3 Desember 2023 sekitar pukul 14.55 WIB secara tiba-tiba. Saat erupsi terjadi, terdapat 75 pendaki yang berada di jalur pendakian. Hingga Selasa (5/12/2023) pagi, 11 orang pendaki dinyatakan meninggal dunia, 12 orang hilang, dan 52 orang berhasil dievakuasi dengan selamat.


Ketika Gunung Marapi erupsi, banyak yang salah mengira gunung tersebut adalah Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah. Padahal antara Gunung Marapi dan Gunung Merapi memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Di postingan kali ini, Ms. Shine akan mengajak Anda berkenalan dengan Gunung Marapi.

Gunung api Marapi secara administratif terletak dalam wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat dengan koordinat berada pada 0˚22′47.72" Lintang Selatan (LS) dan 100˚28′16.71" Bujur Timur (BT). Gunung Marapi (Gunuang Marapi dalam bahasa Minang) dikenal juga dengan Gunung Berapi dan Gunung Fort de Kock.

Peta Lokasi Gunung Marapi

MARAPI SUMATRA BARAT

Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/articles/cq5p15qxlpyo

Gunung Marapi merupakan gunung api paling aktif di Sumatera Barat. Gunung Marapi memiliki ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl). Berdasarkan data PVMBG, karakter letusan Gunung Marapi berupa letusan secara eksplosif maupun efusif dengan masa istirahat rata-rata empat tahun. Aktivitasnya tidak selalu terjadi pada kawah yang sama, tetapi bergerak membentuk garis lurus dengan arah timur-barat daya antara Kawah Tuo hingga Kawah Bongsu.

Sejak awal tahun 1987 sampai sekarang letusannya bersifat eksplosif dan sumber letusannya hanya berpusat di Kawah Verbeek. Letusan disertai suara gemuruh, abu, pasir, lapili dan kadang-kadang juga diikuti oleh lontaran material pijar dan bom vulkanik.

Peta geologi Gunung Marapi menerangkan bahwa produk erupsi gunung api tersebut, di antaranya adalah aliran lava, aliran piroklastik (awan panas) sebagai hasil dari guguran lava, serta batuan jatuhan piroklastik yang lebih dominan.

Secara stratigrafi, Gunung Marapi terdiri dari enam sumber erupsi, yaitu empat erupsi pusat dan dua erupsi samping.

  • Erupsi pusat terdiri dari: Kawah Bancah yang menghasilkan jatuhan piroklastik, lava dan guguran lava; Kawah Tuo yang menghasilkan endapan jatuhan piroklastik, aliran piroklastik, dan lava; Kebun Bungo yang menghasilkan endapan jatuhan piroklastik, aliran piroklastik dan lava; Kawah Bongsu yang menghasilkan jatuhan piroklastik dan aliran lava.
  • Erupsi samping, yaitu Kerucut Sikumpar dan Maar Kayutanduk yang menghasilkan endapan Freatik.

Gambar Kawah Gunung Marapi

Sumber: https://famztv.com/news/46161/2023/01/11/11/48/35/gunung-marapi-erupsi-lontarkan-abu-vulkanik-800-meter-di-sumatra-barat/

Erupsi Marapi pada 3 Desember 2023 kemungkinan merupakan erupsi freatik. Indikasinya dilihat dari durasi erupsi yang sangat singkat (hanya 4 menit 40 detik) dan tinggi kolom letusan hanya 3.000 meter di atas lubang letusan. Dengan demikian erupsi Marapi diperhitungkan memuntahkan 'hanya' 2.700 m3 debu vulkanik pada kecepatan erupsi 9,6 m3 per detik.

Dinamika Gunung Marapi juga mendukung kemungkinan erupsi freatik tersebut. Sebelum erupsi, kegempaannya sunyi dan tubuh gunung tidak menggelembung. Dapat disimpulkan bahwa sumber tekanan penyebab erupsi berada di kawasan puncak, tepat di bawah kawah aktif. Inilah ciri khas erupsi freatik.

Erupsi freatik terjadi ketika air tanah (yang semula berupa hujan yang mengguyur tubuh gunung) memasuki zona yang terpanaskan oleh magma tua sisa episode letusan sebelumnya. Pemanasan menyebabkan air menjadi uap dan mengisi ruang-ruang cebakan, sehingga tekanan uap kian meningkat. Pada akhirnya tekanannya semakin tinggi dan mengakiabatkan batuan penutup diatasnya jebol. Uap mengalir deras membawa debu dan lapili sebagai hasil erupsi freatik. Dalam beberapa kasus (seperti di Gunung Merapi pra 2018), kekuatan erupsi freatik mampu merontokkan kubah lava sampai ambrol ke bawah sebagai guguran.

Erupsi freatik pada umumnya hanya melibatkan magma tua. Magma ini tak sepanas magma segar, namun tetap saja suhunya masih lebih dari 200oC. Sehingga tetap mematikan bagi manusia. Sayangnya, erupsi freatik adalah tipe erupsi gunung berapi yang nyaris mustahil bisa diprediksi berdasarkan perkembangan ilmu vulkanologi saat ini.

ERUPSI MARAPI

Erupsi Gunung Marapi/Gambar PVMBG

Perkembangan terakhir aktivitas G. Marapi hingga 3 Desember 2023 pukul 18.00 WIB sebagai berikut:

  • Terjadi erupsi eksplosif pada tanggal 3 Desember 2023 pukul 14.54 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 3000 meter di atas puncak (5891 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur. Erupsi ini terekam di Seismograf dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi 4 menit 41 detik.
  • Erupsi tanggal 3 Desember 2023 pukul 14,54 WIB disertai dengan adanya aliran piroklasik ke arah utara dengan jarak luncur 3 km. Pada saat ini erupsi susulan masih berlangsung berdasarkan pengamatan instrumental PVMBG.
  • Kejadian erupsi tanggal 3 Desember 2023 Pukul 14.54 WIB tidak didahului oleh peningkatan gempa vulkanik yang signifikan. Tercatat Gempa Vulkanik-Dalam (VA) hanya terekam 3 kali antara tanggal 16 November 2023 – 2 Desember 2023. Peralatan deformasi (Tiltmeter) yang berada di stasiun puncak menunjukkan pola mendatar pada sumbu radial dan sedikit inflasi pada sumbu tangensial. Hal ini menunjukkan proses erupsi berlangsung cepat dan pusat tekanan hanya berada pada kedalaman dangkal (sekitar puncak).

Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 3 Desember pukul 18.00 WIB, maka tingkat aktivitas G. Marapi masih tetap pada Level II (Waspada). Sehubungan dengan tingkat aktivitas G. Marapi pada Level II (Waspada), maka direkomendasikan.

  • Masyarakat di sekitar G. Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan/mendekati Marapi pada radius 3 km dari kawah/puncak.
  • Masyarakat yang ada di sekitar G. Marapi diharapkan tenang tidak terpancing isu-isu tentang letusan G. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.
  • Jika terjadi hujan abu, masyarakat dihimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak abu vulkanik bagi kesehatan. Mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
  • Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi-Badan Geologi akan selalu berkoordinasi dengan BNPB, BPBD Provinsi Sumatera Barat, BPBD Kabupaten Agam, dan BPBD Kabupaten Tanah Datar dalam memberikan informasi tentang aktivitas G. Marapi.
  • Pemerintah Daerah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau melalui Pos Pengamatan G. Marapi di Jl. Prof. Hazairin No.168 Bukit Tinggi untuk mendapatkan informasi tentang aktivitas G. Marapi. 
  • Masyarakat maupun pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya dapat memantau perkembangan aktivitas maupun rekomendasi G. Marapi melalui aplikasi/website MAGMA INDONESIA (Playstore/magma.esdm.go.id).

Peta Rekomendasi Gunung Api Marapi Provinsi Sumatra Barat



Demikianlah pembahasan mengenai Gunung Marapi-Sumatra Barat. Semoga postingan ini dapat menambah wawasan Anda mengenai aktivitas gunung api di Indonesia.

🌎 Salam Literasi Spasial 🌎


Sumber Referensi:



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Marapi, Bukan Merapi!"

Post a Comment

Serba-Serbi